Nabi Isa dalam Pandangan Islam-Kristen

Jumat, 21 Des 2018, 15:38 WIB
Nabi Isa dalam Pandangan Islam-Kristen
Nabi Isa As. (Dok. PPMH)

“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: ‘Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).' "
(QS. Ali Imran [3]: 45)

Awal Desember kemarin saya diundang menghadiri sebuah seminar lintas agama Islam-Kristen yang diadakan di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Agenda utama pertemuan tersebut adalah silaturahmi dan kumpul-kumpul antar cendekiawan Islam dan Kristen. Momentumnya memang agaknya tepat karena mendahului peringatan dua hari besar Islam dan Kristen yang kebetulan berselisih satu minggu. Jika pada Jum’at tanggal 18 Desember kita merayakan tahun baru Islam 1431 hijriyah, maka tanggal 25 Desember umat Kristiani merayakan natal.

Acara tersebut kemudian diisi dengan diskusi yang mengaitkan akan hakikat kedekatan hubungan Islam dan Kristen. Dua pembicara, masing-masing perwakilan Islam dan Kristen, membincangkan aspek-aspek yang melatarbelakangi persinggungan ajaran Islam dan Kristen sambil mencontohkan beberapa komponen penting dalam kepercayaan kristiani yang bersesuaian dengan Islam. Peran nabi Isa as. disebutkan sebagai simpul yang mengaitkan antara Islam dan Kristen. Bahwa nabi Isa as. mempunyai peran yang berbeda dalam perspektif Islam dan Kristen namun hakikatnya peran terebut sama-sama penting guna menunjang keberagaman di Indonesia. Pada akhir seminar saya menyimpulkan bahwa penyeminar berusaha mengajak agar para peserta yang mayoritas adalah mahasiswa perguruan tinggi tersebut untuk saling menghormati kesejajaran antara penganut agama satu dengan lainnya dalam bingkai kebhinekaan (diversity).

Materi yang disampaikan dalam seminar tersebut, tentang nabi Isa as., saya kira sah-sah saja dibincangkan lebih jauh. Namun menurut saya ada beberapa hal yang perlu digariskan sehingga kedepan ada kejelasan atas perbedaan dan persamaan ajaran Islam dan Kristen dalam mengimani keberadaan nabi Isa as. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menyerang salah satu kepercayaan, namun semata untuk semakin memperkuat keimanan para pemeluk agama Islam dengan pemahaman keimanan terhadap nabi mereka, juga sebagai penerang bagi yang haq.

Nabi Isa as. Menurut Pandangan Orang Kristen

Kepercayaan kaum Kristen terhadap nabi Isa as. selalu dikaitkan dengan masalah penebusan dosa. Di dalam ajaran Kristen, akidah penebusan dosa sangatlah penting. Kepercayaan penebusan dosa dan kematian nabi Isa as. diatas salib merupakan jalan bagi manusia untuk membebaskan diri dari dosa. Oleh karena semuanya berdosa dan seorang pun tidak ada yang bebas dari dosa, maka sangat diperlukan seorang penebus dosa dan juru selamat yang harus bersih dari dosa.

Asal mula dosa warisan ini dimulai ketika nabi Adam as. dan Hawa melanggar hukum Allah. Beliau berdua memakan buah pohon terlarang setelah terkena bujukan Iblis. Iblis dengan kata-kata halus menyatakan bahwa larangan Tuhan kepada mereka memakan buah-buah yang ditunjuk itu adalah karena dengan memakan buah itu mereka akan menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal. Iblis menunjukkan harumnya bau pohon yang dilarang, indahnya bentuk buahnya, dan lezatnya rasanya. Pada akhirnya nabi Adam dan Hawa termakan bujukan halus itu dan melakukan dosa dengan melanggar larangan Tuhan. Sebagai akibatnya, seluruh keturunan nabi Adam as. yang lahir dari putra-putrinya menanggung dosa tersebut. Setiap manusia yang dilahirkan akan mewarisi dosa tersebut dari ayah dan ibunya. Hanya ada satu manusia yang tidak mewarisi dosa tersebut, yaitu Isa Almasih yang tidak dilahirkan lewat nutfah (bibit) laki-laki.

Menurut ajaran Kristen, semua manusia secara turun menurun sudah bergelimang dosa sehingga tak ada seorang pun yang dapat menjadi penebus dosa. Nabi Isa as./Yesus adalah Tuhan yang menjelma dalam bentuk jasad seorang manusia sehingga dia tidak punya dosa. Dialah yang kemudian menawarkan diri jadi penebus dosa manusia.

Dogma keimanan dalam akidah kaum Nasrani tentang nabi Isa as. sendiripun juga berbeda-beda. Di antara dogma mereka pun ada yang mirip dengan akidah kaum muslimin. Namun mereka yang sepemahaman dengan orang Islam merupakan kelompok minoritas dalam Kristen. Mayoritas umat Kristiani mempunyai kepercayaan yang jauh berbeda dengan orang Islam.

Ada begitu banyak tulisan yang ditulis dalam bentuk buku, leaflet, maupun artikel di internet yang mendukung dan menepis anggapan kaum Nasrani ini. Kita juga bisa dengan mudah mencarinya di internet atau buku-buku yang ditulis oleh mantan pemuka agama Kristen yang masuk Islam atau mantan kyai yang masuk Kristen. Kita dapat mencarinya dengan mudah, bahkan dua sumber yang saling bertolak belakang, kemudian membacanya dengan kritis sambil membanding-bandingkan argumen-argumen tersebut.

Nabi Isa as. Dalam Pandangan Islam

Dalam kepercayaan umat Islam, nabi Isa as. memiliki posisi yang istimewa sebagai salah satu rasul pilihan yang diutus oleh Allah menyebarkan risalah-Nya. Beliau termasuk rasul yang paling tinggi martabatnya dan mendapat julukan sebagai Ulul Azmi'. Ada lima nabi istimewa yang tergolong ulul azmi; yaitu nabi Nuh as., nabi Ibrahim as., nabi Musa as., nabi Isa as., dan nabi Muhammad saw. (lihat QS. al-Ahzaab [33]: 7). Allah memberi predikat “ulul azmi” karena para rasul tersebut memiliki keteguhan yang luar biasa dalam menyampaikan ajaran Allah.

Dalam hadits yang diriwayatkan Umar bin Khattab ra., disebutkan bahwa malaikat Jibril bertanya kepada Nabi saw. tentang iman. "Terangkan kepadaku tentang iman?" tanya Jibril kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw. menjelaskan, "Engkau beriman kepada Allah swt., beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan qadha dan qadar (takdir) yang baik maupun yang buruk."

Dari teks hadits diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa salah satu bagian dari rukun iman adalah beriman kepada para rasul utusan Allah, termasuk kepada nabi Isa as. Mempercayai status nabi Isa as. sebagai hamba dan rasul Allah merupakan suatu kewajiban dan merupakan faktor keimanan yang menjadi penyebab seseorang masuk surga dan selamat dari neraka. Ada sebagian orang yang selamat dari kesesatan karena mempunyai keimanan yang benar. Mereka ini merupakan orang yang mendapat hidayah. Banyak pula manusia yang tersesat, keliru, dengan meyakini nabi Isa as. sebagai tuhan atau anak tuhan. Mereka inilah orang-orang yang tersesat dari jalan Allah.

Banyak manusia meyakini nabi Isa as. sebagai tuhan atau anak tuhan. Padahal akidah Islam telah mengajarkan agar kita meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang Esa yang tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dalam QS. Al-Ikhlas [112] ayat 1-4 dinyatakan: “Katakanlah: ‘Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Ayat diatas diturunkan sebagai penjelasan atas pertanyaan kaum musyrik dan kafir mengenai sifat-sifat Allah swt. Surat al-Ikhlas menegaskan kemurnian dan keesaan Allah swt., menolak segala macam kemusyrikan, dan menerangkan bahwa tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya. Menyatakan bahwa Allah mempunyai anak atau dilahirkan berarti menyifati Allah dengan sifat yang ada pada mahluk. Padahal Allah adalah tuhan yang mempunyai sifat mukhalafatul lil hawadits, berbeda dari mahluk ciptaan-Nya, dan bukannya mumatsalatul lil hawadits, sama dengan ciptaan-Nya. Allah swt. Jelas tidak memakai alamat atau penanda apapun yang ada pada mahluknya seperti lapar, haus, makan, minum, mati, dan lain sebagainya.

Tentu aneh jika seseorang yang dilahirkan di bumi menyerukan kepada umat manusia supaya menyebutnya sebagai putra Allah dan mengajarkan pada manusia lainnya untuk  menyembahnya. Allah telah meminta kesaksian Nabi Isa as. atas tuduhan orang-orang ahli kitab terhadap nabi Isa supaya menyebutnya sebagai Tuhan, seperti yang diceritakan dalam Alqur'an yang artinya: “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?’. Isa menjawab: Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jka aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesunguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib.” (Al-Maidah [5]: 116).

Sebaliknya nabi Isa as. malah menyeru kepada seluruh kaumnya untuk menyembah Allah: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu." Hal itu sesuai dengan perintah Allah yang diturunkan kepada semua nabi dan rasul-Nya.

Akidah Islam mengajarkan kita agar beriman dengan pasti tanpa ada keraguan, bahwa sesungguhnya nabi Isa as. adalah hamba dan rasul Allah yang dilahirkan oleh Maryam. Nabi Isa as. diangkat ke langit berikut anggota fisik dan ruhnya, dan bukannya tewas disalib. Nabi Isa as. sampai sekarang masih hidup dan di akhir zaman nanti ia akan turun menjadi hakim adil, menjadi imam yang bijaksana. Setelah itu nabi Isa as. akan mematahkan palang salib, membunuh babi dan menerapkan upeti. Hal itu sesuai dengan berita yang akurat dari nabi Muhammad saw., terutama dari hadits-hadits yang diriwayatkan oleh imam Ibnu Katsir, dalam kitab al-Bidayah dan an-Nihayah, tentang kisah nabi Isa as. dan tanda-tanda hari kiamat. Hadits-hadits yang menyebutkan tentang turunnya nabi Isa as. adalah hadits-hadits yang mutawatir, begitu juga hadits-hadits yang menyebutkan bahwasanya beliau akan berhukum dengan syari'at Muhammad saw.

Penebusan dosa yang diimani oleh umat Kristen tidaklah berdasar karena tidak didukung oleh bukti-bukti dari kitab agama atau alasan-alasan yang masuk akal. Kematian Almasih diatas salib tidak berhubungan dengan keselamatan manusia (najat). Selain itu, para ulama dan ilmuwan Islam terdahulu juga telah mengajukan berbagai argumen untuk menyanggah pendapat tersebut.

Iman yang Benar dan Sesat

Nabi Isa as. Merupakan teladan atau penuntun bagi kehidupan muslim. Siapapun yang menginginkan selamat dan tidak tersesat dalam mengimani Allah haruslah meluangkan waktu untuk mempelajari para utusan Allah yang menuntun dari kesesatan dan gelapnya kehidupan. Betapa sengsaranya orang yang tersesat dalam memahami perintah Allah, waktu dan tenaganya akan terbuang percuma, tujuan tidak menentu, perasaan pun menjadi tidak enak, apalagi akhirnya nantipun akan sungguh merepotkan. Allah menyiapkan siksa yang pedih bagi orang yang tersesat dari jalan-Nya, padahal ia sudah mendapat banyak pertanda.

Bayangkan saja andaikata kita tidak punya penuntun, tidak punya penunjuk arah, lalu kita berjalan menuju suatu tempat yang tidak kita ketahui sebelumnya, pastilah perjalanan tersebut tidak akan menentramkan. Tapi jikalau penuntun, arah, dan tujuannnya jelas, maka langkah kita akan mantap dan hati pun senantiasa disaputi ketentraman. Rasulullah saw. Dan ajaran yang dibawanya yang terangkum dalam al-Qur’an adalah penuntun dan panutan kita sepanjang zaman.

Iman yang benar sebagaimana al-Qur`an dan as-Sunnah adalah bahwa kita diwajibkan beriman terhadap segala sesuatu mengenai nabi Isa as. yang telah disebutkan oleh kedua sumber tersebut. Ada tiga hal yang dimaksudkan dalam al-Qur’an. Pertama, nabi Isa as. diciptakan dengan kalimat Allah. Kedua, nabi Isa as. adalah salah satu ruh dari ruh-ruh yang diciptakan-Nya. Ketiga, Allah swt. menguatkannya dengan mukjizat-mukjizat yang sebagiannya ada disebutkan di dalam al Qur`an.

Hal itu dinyatakan dalam QS. An-Nisa’ [4] ayat 171: “Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.”

Baca Juga: Mukjizat Nabi Isa As.


*) Penulis adalah pendidik, tinggal di Yogyakarta.

Nabi Isa As 
Muhammad Nadzir, M.A.

Penulis adalah pendidik, tinggal di Yogyakarta.

Bagikan