Beberapa hari silam, umat Islam merayakan tahun baru Islam dengan datangnya bulan Muharram. Cara merayakannya pun dengan berbagai macam cara; mulai dari yang sederhana dengan menjalankan puasa sunah, memberikan donasi kepada anak-anak yatim, hingga mengadakan even meriah dan pawai keliling kelurahan. Berpuasa di bulan Muharram sendiri dikatakan sebagai puasa yang palng utama setelah puasa di bulan Ramadhan.
Muharram sendiri adalah salah satu dari empat bulan yang dimuliakan selain Ramadhan, Dzulqa'dah, dan Dzulhijjah. Bulan Muharram disebut sebagai Syahrullah, yang berarti bulan Allah. Dari sini kita dapat menarik kesimpulan bahwa segala amal kebaikan yang dilakukan pada bulan Muharram akan dibalas dengan istimewa oleh Allah Swt. Namun begitu pula sebaliknya, segala tindak keburukan juga bisa dilipatgandakan konsekuensinya atas izin Allah Swt.
Secara bahasa makna dari kata Muharram adalah diharamkan. Maksudnya adalah bahwa pada bulan tersebut, orang-orang Arab diharamkan melakukan peperangan. Pada zaman terdahulu, bulan Muharram dikhususkan untuk melakukan gencatan senjata. Saking bulan Muharram diyakini sebagai bulan yang suci dan tidak layak untuk dikotori dengan pertumpahan darah.
Dilansir dari nu.or.id, sebelum dinamakan bulan Muharram, dulu orang-orang Arab menyebutnya dengan nama bulan Safar Awal. Hal itu karena datangnya bulan tersebut berada pada sebelum bulan Safar, yang pada saat itu disebut dengan Safar Akhir. Kata Safar sendiri memiliki arti sepi atau sunyi. Oleh karena itu, dalam menyambut tahun baru Islam ini hendaknya kita merayakannya dengan hal-hal yang menjauhi dari permusuhan dan menjalin hubungan baik dengan sesama.
Penulis adalah Santri PPMH yang sedang menempuh studi Strata-2 Sastra Bahasa Inggris di Universitas Negeri Malang juga biasa berkicau di @wiqoyil_islama