Menjadi Seorang Dokter, Polisi, Atau Pejabat Pemerintahan (Bagian 1)

Senin, 20 Jun 2022, 12:09 WIB
Menjadi Seorang Dokter, Polisi, Atau Pejabat Pemerintahan (Bagian 1)
Pekerjaan 1

Bacalah, dan Tuhanmu Maha Mulia. Yang mengajarkan lewat pena. Mengajari manusia apa yang tidak mereka ketahui.

(QS. Al-Alaq 3-5)

Sejak kita masih kanak-kanak dulu baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga, pertanyaan mengenai cita-cita di masa depan sudah sering diberikan kepada kita. Karena usia yang masih dini dan keterbatasan kita dalam memahami konsep dari cita-cita, tentu saja dulu kita memberikan jawaban seadanya. Asal saja kita memberikan jawaban ini atau itu tanpa benar-benar memikirkannya.

"Saat ditanya hendak jadi apa di masa depan, kebanyakan anak kecil akan menjawab ingin menjadi seorang polisi atau seorang dokter. Tetapi benarkah itu yang mereka inginkan untuk masa depan mereka?"

Kita belum tahu apa-apa saat itu; kita hanya anak kecil. Kita mengatakan ingin menjadi dokter atau polisi karena saat itu kita (dan orang-orang sekitar kita) beranggapan bahwa dokter dan polisi adalah profesi yang terlihat membanggakan.

Mungkin juga kita menjawab dengan profesi-profesi lain yang kita anggap bisa dibanggakan; entah itu pilot, pejabat daerah, atau apapun selama kita menganggapnya bisa dibanggakan. Namun, benarkah itu yang kita inginkan sebagai cita-cita? Jangankan mendirikan shalat istikharah terlebih dahulu, seorang anak kecil, berpikir panjang sebelum menyatakan cita-cita saja jarang.

Kehendak Allah Tentang Cita-Cita Kita

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, cita-cita bermakna keinginan yang selalu ada dalam pikiran. Pengertian itu jelas jauh lebih luas daripada pilihan profesi yang disodorkan kepada kita saat kita kecil dulu; entah itu dokter, polisi, atau pilot. Jawaban seorang anak kecil mungkin lebih sering dianggap paling jujur. Namun kadang kita lupa bahwa anak kecil itu masih polos dan belum mengetahui banyak hal di dunia luar.

Dengan mengetahui pengertian cita-cita, maka seharusnya apa yang kita cita-citakan sebenarnya tidak hanya terbatas pada pilihan profesi. Tidak salah juga andai saat itu kita mengatakan bahwa cita-cita kita adalah hidup berkecukupan, menjalani umur yang berkah, atau memiliki hati yang tenang.

"Hidup ini tidak membutuhkan jawaban pilihan ganda. Keinginan yang ada dalam pikiran kita sudah pasti tidak bisa dibatasi hanya pada jenis-jenis pekerjaan."

Jadi tidak perlu heran jika jawaban kita mengenai cita-cita selalu berubah dari masa ke masa. Pada masa bermain Taman Kanak-kanak, kita bisa saja mengatakan bahwa cita-cita kita ingin menjadi seorang dokter. Namun, pada saat belajar di Sekolah Dasar, pikiran kita berubah. Kita mengatakan bahwa kita ingin menjadi seorang atlet, misalnya. Kemudian pada saat remaja, kita mengatakan ingin menjadi seorang pengusaha. Hal tersebut tidak berarti kita tidak konsisten dengan tujuan kita untuk masa depan, tetapi karena kita memang tidak mengetahui sepenuhnya tentang cita-cita kita. Kita merasa terpaksa memberikan jawaban saat kita belum yakin ke mana kita mau membawa arah hidup kita.

Allah Swt. sebetulnya tidak mengharuskan pekerjaan apa yang harus kita jalani selama di dunia. Tidak harus pekerjaan yang bisa dibanggakan masyarakat seperti dokter atau pejabat daerah. Menjadi pedagang keliling hingga pemungut sampah pun tidak masalah. Kita berhak untuk memilih pekerjaan kita selama tidak bertentangan dengan syariat, bermanfaat untuk kebaikan, dan kita jalankan dengan profesional. Di laman NU Online Jatim, diriwayatkan oleh Imam Thabrani dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah Saw. pernah mengatakan, “Sesungguhnya Allah mencintai seseorang apabila dia bekerja dan menjalankannya secara profesional.”

Hidup di dunia ini adalah tempat persinggahan yang kita kerap lupa ke mana kita akan kembali. Manusia sering kali tersesat dalam tempat persinggahan saat ini. Bukanlah hal yang salah jika keinginan kita terus berubah selama menghabiskan usia kita. Kita memang sedang dalam masa pencarian. Dalam setiap lima waktu menghadap Allah Swt. kita senantiasa memohon untuk ditunjukkan jalan yang lurus, sebab kemungkinan untuk tersesat selalu ada setiap saat.

Kehendak dan Sifat Alami Manusia

Ada motif yang menjadi landasan mengapa manusia cenderung memiliki cita-cita yang berupa profesi. Salah satunya, misal kita ingin menjadi dokter karena anggapan bahwa seorang dokter memiliki kesejahteraan ekonomi yang baik. Ada pula kita berkeinginan menjadi seorang polisi karena dipatuhi dan dihormati oleh masyarakat. Semoga kita bukan termasuk golongan yang seperti itu.

Jika yang kita harapkan adalah kesejahteraan ekonomi atau kepatuhan dan penghormatan masyarakat, maka yang sebenarnya kita mau bukanlah menjadi seorang dokter ataupun polisi. Sebab kita bisa mendapatkan kesejahteraan ekonomi, misalnya, melalui hubungan dagang. Apalagi derajat di mata sesama makhluk yang bisa didapat dari berbagai macam pekerjaan.

Kesejahteraan ekonomi dan penghormatan masyarakat adalah naluri hewani yang ada dalam diri kita. Seperti yang kita ketahui, manusia adalah anggota kekerabatan dari kerajaan besar hewan juga. Sebagai saudara jauh, manusia dan hewan adalah makhluk ciptaan Allah Swt. yang memiliki banyak persamaan. Kita sama-sama bernafas, makan untuk bertahan hidup, bergerak berpindah tempat, dan memenuhi kebutuhan biologis kita.

"Yang membedakan manusia dengan hewan-hewan lain adalah potensi dalam berpikir rasional dan hati yang memiliki emosi perasaan."

Dalam hidupnya, hewan hanya memenuhi kebutuhan biologisnya untuk makan, tidur, dan senggama. Adalah hal yang memalukan jika selama hidup di dunia kita hanya melakukan hal-hal yang sama dengan mereka. Kita menzalimi diri kita sendiri sebab menempatkan kedudukan kita sebagai manusia di tempat kedudukan hewan yang tidak berakal pikiran dan berhati nurani. Maka sudah seharusnya kita menggunakan akal pikiran dan hati nurani kita untuk kebaikan untuk mewujudkan rasa syukur kita tercipta sebagai manusia.

Hikmah 
Wiqoyil Islama

Penulis adalah Santri PPMH yang sedang menempuh studi Strata-2 Sastra Bahasa Inggris di Universitas Negeri Malang juga biasa berkicau di @wiqoyil_islama

Bagikan