Maksiat Lisan Dari Penyakit Hati: Merenungi Peristiwa Gaslighting (Bagian 2 - akhir)

Kamis, 24 Feb 2022, 17:22 WIB
Maksiat Lisan Dari Penyakit Hati: Merenungi Peristiwa Gaslighting (Bagian 2 - akhir)
Lampu Gas

Gaslighting biasanya dilakukan oleh pelaku yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada korban. Seperti pada contoh film yang disebutkan sebelumnya, di mana seorang suami yang umumnya dianggap memiliki kedudukan lebih tinggi memanipulasi istrinya. Selain itu gaslighting bisa juga dilakukan oleh atasan dalam lingkungan kerja kepada bawahannya. Gaslighting dilakukan sebagai upaya agar pelaku mendapatkan seseorang yang menuruti apapun kemauan dia, dan supaya korban menghamba kepada yang selain Allah Swt.

Dalam gaslighting, kadzbu (kebohongan) yang dilakukan tidak hanya sekedar mengatakan apa yang berbeda dari kenyataan tetapi juga menyangkal fakta yang disampaikan korbannya. Ketika korbannya adalah orang yang rendah diri, maka besar kemungkinannya dia akan menuruti apa saja yang dikehendaki oleh pelakunya. Berikut ini adalah beberapa contoh kadzbu yang biasa dikatakan oleh pelaku gaslighting.

(1) Menolak. Pelaku berpura-pura tidak paham maksud perkataan korban dan menolak untuk mendengar apapun yang korban katakan. Contohnya adalah menanggapi pernyataan korban dengan perkataan, “sampeyan jangan coba buat saya bingung,” atau, “sampeyan ini ngomong apa, sih?” kalimat-kalimat seperti itu dikatakan untuk menyangkal kebenaran yang disampaikan korban.

(2) Membalas. Pelaku menuduh korban sebagai orang yang pelupa sehingga korbannya-lah yang dianggap mengatakan hal yang salah. Contohnya adalah dengan mengatakan, “sampeyan yang keliru, dari dulu sampeyan itu memang orangnya gampang lupa.”

(3) Mengalihkan. Pelaku mengalihkan pembicaraan atau menyerang kebenaran informasi yang diperoleh korban. Contoh menyerang kebenaran informasi adalah dengan mengatakan, “sampeyan ini mengada-ada saja,” atau, “sampeyan dibohongi sama teman sampeyan.” Pelaku mengatakan ini supaya korban lebih mempercayai dia sekalipun dia berbohong daripada mempercayai kebenaran yang didapatkan dari teman, saudara, atau keluarganya.

(4) Meremehkan. Pelaku membuat korbannya merasa bersalah karena menyampaikan kenyataan. Contohnya adalah dengan mengatakan, “halah, barang begitu saja heboh.” Dengan begitu, korban akan merasa bahwa kebohongan yang sebelumnya dikatakan oleh pelaku adalah sesuatu yang remeh yang tidak berpengaruh besar.

Perbedaan kadzbu yang disampaikan dalam gaslighting dengan kebohongan pada umumnya adalah manipulasi terhadap korbannya. Dalam kebohongan secara umum, pelaku hanya mengatakan hal yang tidak sesuai dengan kenyataan. Namun dalam gaslighting, pelaku membodohi korbannya sehingga akan terus percaya kepada semua kebohongan-kebohongan pelaku.

Obat Penyakit Hati

Dalam bidang psikologi, solusi yang paling mudah untuk menyelesaikan fenomena gaslighting adalah dengan korban menjauhi pelakunya. Namun, dari sudut pandang agama, gaslighting termasuk bentuk penyakit hati yang ada obatnya bagi pelaku. Dari luar, gaslighting memang nampak sebagai bentuk maksiat lisan di mana pelaku menolak kebenaran atau mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. Namun dari sisi dalam, gaslighting muncul sebagai dampak dari hati yang tidak sehat. Gaslighting adalah maksiat hati di mana seseorang menganggap dirinya memiliki derajat lebih tinggi daripada manusia lainnya. Dengan begitu dia memanipulasi orang lain agar menuruti kehendaknya, sekalipun itu tidak benar.

Obatnya tentu saja adalah taubat. Cara untuk bertaubat adalah dengan rasa menyesal, meninggalkan dosa yang diperbuat, dan berniat untuk tidak mengulanginya lagi. Maka, dari sisi pelaku untuk menyelesaikan permasalahan gaslighting adalah dengan menumbuhkan rasa menyesal supaya dia tidak meninggalkan perkataan-perkataan manipulatif dan tidak mengulanginya lagi di masa depan.

Perlu disadari pula bahwa kita semua sebagai manusia tidak terlepas dari dosa setiap harinya. Maka dari itu, adalah kewajiban bagi setiap muslim yang baligh dan berakal untuk bertaubat. Semua kita semua terhindar dari penderitaan dunia maupun akhirat kelak dan termasuk orang-orang yang istiqamah dalam bertaubat.


Wiqoyil Islama

Penulis adalah Santri PPMH yang sedang menempuh studi Strata-2 Sastra Bahasa Inggris di Universitas Negeri Malang juga biasa berkicau di @wiqoyil_islama

Bagikan