“Katakanlah; aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan kecemasan ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”
QS. Annas
Penyakit hati memang sesuatu yang berbeda dari penyakit badan. Ketika badan merasa sakit, kita bisa dengan mudah menyadari ada yang tidak nyaman dengan tubuh kita. Sebaliknya, rasa tidak nyaman tidak bisa kita rasakan ketika kita memiliki penyakit hati. Justru orang-orang sekitar kitalah yang sering tidak merasa nyaman dibuatnya.
Penyakit badan turut berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Contoh terbarunya tentu saja wabah pandemi virus Corona. Penyakit tersebut belum ditemukan sebelum tahun 2019. Selain itu, penyakit ini masih terus berkembang lagi seiring bertambahnya waktu. Semakin berkembang zaman, macam-macam penyakit juga semakin bervariasi.
Begitu pula dengan penyakit hati. Pada masa-masa sebelumnya kita mengenal takabur, dengki, atau hasud sebagai penyakit hati. Namun pada zaman sekarang ini, penyakit hati semakin bervariasi yang diketahui seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan informasi.
Fenomena yang belakangan marak diperbincangkan adalah gaslighting. Berdasarkan Wikipedia (diakses November 2021) gaslighting adalah bentuk penyiksaan hati yang terjadi pada hubungan antara satu orang dengan orang lain. Fenomena ini dapat dikatakan sebagai dampak dari penyakit hati. Pasalnya, gaslighting ditengarai adalah dampak dari pelaku yang mengharap bisa memegang kendali atas korbannya. Melalui kebohongan yang terus menerus, pelaku melemahkan rasa percaya diri korbannya agar lebih mudah mengikuti keinginan pelaku.
Menurut berbagai sumber, kata gaslighting diambil dari judul film Gaslight yang dirilis tahun 1938. Film ini berkisah tentang seorang suami yang memanipulasi istrinya. Sang istri terus menerus dibohongi dan disangkal sehingga secara perlahan kehilangan kewarasannya. Gaslight sendiri memiliki arti lampu gas. Istilah gaslighting dipergunakan karena pelaku seolah bisa mengarahkan cahaya lampu ke arah manapun yang dia suka, dan korbannya hanya akan bisa melihat arah yang disorot cahaya lampu tersebut.
Dalam kitab Sullamut Taufiq, Syekh Abdulloh ibn Al-Husain ibn Thohir Al-Alawi Al-Hadhromi membagi bentuk-bentuk perbuatan maksiat berdasarkan anggota badan yang melakukan. Disebutkan bahwa salah satu bentuk dari maksiat lisan adalah kadzbu (berbohong). Dijelaskan lebih jauh bahwa definisi kadzbu adalah perkataan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Gaslighting biasanya dilakukan oleh pelaku yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada korban. Seperti pada contoh film yang disebutkan sebelumnya, di mana seorang suami yang umumnya dianggap memiliki kedudukan lebih tinggi memanipulasi istrinya. Selain itu gaslighting bisa juga dilakukan oleh atasan dalam lingkungan kerja kepada bawahannya. Gaslighting dilakukan sebagai upaya agar pelaku mendapatkan seseorang yang menuruti apapun kemauan dia, dan supaya korban menghamba kepada yang selain Allah Swt.
Penulis adalah Santri PPMH yang sedang menempuh studi Strata-2 Sastra Bahasa Inggris di Universitas Negeri Malang juga biasa berkicau di @wiqoyil_islama