Sejarah mencatat bahwa perayaan maulid Nabi Muhammad SAW mulai marak dilaksanakan umat Islam sejak abad ke-3 hijriyah. Merujuk pada Kitab An Ni'mah al Kubro 'Ala al 'Alam fi Maulid Sayyid Walad Adam karya Syihabbuddin Ahmad Ibnu Hajar al Haitami dituturkan bahwa dari kalangan penguasa, raja yang pertama kali menggelar perayaan maulid adalah Raja Mudhoffar Abu Said. Dalam peringatan maulid ini dibaca kitab maulid yang bertajuk Tanwir fi Maulid al Basyir al Nadzir yang disusun oleh al Hafidz Dhiyah untuk memenuhi keinginan Sang Raja. Selanjutnya Raja Abu Said menghadiahkan seribu dinar kepada al Hafidz Dhiyah. Peringatan maulid yang digelar Raja Abu Said merupakan acara besar-besaran yang kemudian dilangsungkan seriap Bulan Rabi'ul Awal sampai beliau wafat pada 630 H. Tak pelak ribuan rakyat, ulama, para sufi, dan para pembesar yang diundang turut menghadiri perayaan maulid di kerajaan. Dikisahkan, seseorang yang pernah menghadiri salah satu peringatan maulid ini menghitung ada 5000 kepala kambing, 10.000 ekor ayam, 100.000 mangkuk, dan 30.000 piring berisi hidangan semacam puding.
Apabila ditarik benang merah, sesungguhnya segala kegiatan yang dilakukan umat Islam di seluruh penjuru dunia dalam memperingati maulid Nabi Muhammad SAW tidak lain berisi aktivitas dzikir kepada Allah, pembacaan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, pujian kepada Baginda Nabim dan sholawat kepada beliau. Dalam peringatan maulid maulid itu seringkali juga diisi juga dengan pembacaan sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW mulai dari kelahiran sampai wafat, mu'jizat beliau, juga seputar akhlak mulia nan agung yang beliau teladankan kepada umat Islam. Umat islam juga mengeluarkan sedekah dengan melakukan selamatan atau semacam tasyakuran. Semua itu dilakukan semata-mata sebagai wujud rasa cinta, ta'dzim, dan kegembiraan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Setiap insan muslim harus bergembira atas diutusnya Rasul Agung Muhammad SAW sebab beliaulah yang mampu menyelamatkan dari kegelapan zaman jahiliyah juga kelak memberi syafaat di hari kiamat. Berkat Baginda Nabi insan muslim dapat terbebas dari siksa abadi di akhirat. Mengutip hadis yang termaktub dalam Shahih Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ أُمَّتِي كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَوْقَدَ نَارًا فَجَعَلَتْ الدَّوَابُّ وَالْفَرَاشُ يَقَعْنَ فِيهِ فَأَنَا آخِذٌ بِحُجَزِكُمْ وَأَنْتُمْ تَقَحَّمُونَ فِيهِ
Terjemahan: Sesungguhnya perumpamaanku (Nabi Muhammad SAW) dengan umatku dapat digambarkan ada seseorang menyalakan api. Binatang melata dan laron berjatuhan ke dalam api itu. Lalu aku memegang pinggang kalian sementara kalian menceburkan diri ke dalam api itu. (HR Muslim)
Kitab Majmu' al Maulid wa Ad'iyyah memuat penuturan Syekh Abdul Wahid bin Ismail yang berkisah bahwa di Mesir ada seorang lelaki penggemar maulid Nabi Muhammad SAW. Setiap Rabi'il Awal dia mengadakan peringatan Maulid Baginda Nabi. Kebetulan di sebelah rumahnya tinggal sepasang suami istri Yahudi. Melihat apa yang dilakukan tetangganya, Si Istri berkata kepada suaminya "Untuk apa tetangga kita membelanjakan banyak uang setiap bulan seperti ini?" Si Suami menjawab "Dia mempunyai keyakinan bahwa Nabinya lahir pada bulan ini. Dia melakukan semua itu karena merasa bergembira dengan diutusnya Nabinya, memuliakannya, dan memuliakan kelahirannya"
Malam hari, Si Istri bermimpi melihat seorang lelaki yang gagah, tampan, berwibawa, lemah lembut, dan berperilaku menawan tengah memasuki rumah tetangganya. Lelaki itu diiringi banyak pengikut dan para sahabat yang senantiasa mengagungkan dan menaruh hormat. Kemudian Si Istri bertanya kepada salah satu dari orang-orang itu "Siapakah gerangan lelaki yang bagus rupawan itu?" Orang yang ditanya menjawab "Beliau adalah Rasulullah SAW yang sedang mengunjungi rumah ini untuk mendoakan keselamatan kepada penghuni rumah karena mereka sangat bergembira dan senang terhadap beliau" Si Istri melanjutkan "Apakah dia mau berbicara dengan saya seandainya saya berbicara kepadanya?" "Tentu" tukas yang ditanya.
Kemudian Si Istri menghampiri Baginda Nabi Muhammad SAW dan menyapa "Ya Muhammad"
"Labbaiki" jawab Rasulullah.
"Engkau mau menjawab panggilanku dengan talbiyah sedangkan aku bukan pengikutmu bahkan termasuk golongan musuhmu?" balas Si Istri Yahudi dengan takjub dan terheran-heran. Dia tidak mengira bahwa Baginda Rasul akan membalas sapaan dengan penuh hormat sekaligus santun, padahal dia memanggil Nabi Muhammad SAW dengan cara yang kurang menghargai.
Lalu Rasulullah Muhammad SAW bersabda kepada lawan bicara beliau "Aku tidak akan menjawab panggilanmu kalau sekiranya Allah SWT tidak memberimu hidayah"
Mendegar itu, Si Istri Yahudi spontan berkata "Engkau benar-benar seorang nabi yang mulia dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung. Celakalah orang yang menyangkal kenabianmu dan rugilah orang yang tidak mengetahui kedudukanmu. Kini terimalah dan saya bersaksi bahwa engkau adalah Muhammad utusan Allah"
Si Istri Yahudi merasa sangat terkesan dan bersyukur dengan mimpinya semalam sekaligus atas keislamannya. Dia berjanji dalam hati kepada Allah SWT bahwa esok pagi akan mensedekahkan semua yang dimiliki untuk menggelar peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. Tatkala pagi merekah, dia melihat suaminya sedang sibuk menyiapkan jamuan makan seolah-olah akan mengadakan acara besar. Tentu ketidakwajaran itu membuatnya terkejut.
"Saya heran melihatmu. Apakah sedang menyiapkan sebuah acara besar?" tanya Si Istri.
"Itu karena kamu telah memeluk Islam di hadapannya tadi malam" balas Si Suami.
"Siapa yang telah membuka semua rahasiaku kepadamu dan siapa yang memberitahumu?" usut Si Istri.
"Yaitu orang yang aku temui dalam mimpi. Aku telah masuk Islam sesudahmu di hadapannya (Nabi Muhammad SAW). Dia juga yang mengenalkanku kepada Allah sekaligus mengajakku kepada-Nya. Dialah yang pada hari kiamat diterima pemberian syafaatnya bagi orang-orang yang bershalawat dan mengucapkan salam kepadanya"
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ اَجْمَعِيْنَ
(Tulisan ini menuqil dari buku Keutamaan dan Amaliyah Bulan Robi'ul Awal karya KH Muhammad Shohibul Kahfi)
Santri PPMH