“Niki Panjenengan catet! (ini Anda catat!)”
Begitulah Habib Abdul Qadir Mauladdawilah memberikan anjuran pendek pada kesempatan mauidhah hasanah dalam acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diinisiasi Jam’iyyah Sunan Maulana Malik Ibrahim (Komplek D) PP. Miftahul Huda (3/11). Bertempat di Masjid Baiturrahman, dalam acara tersebut turut hadir pula Habib Abu Bakar al-Muhdlor beserta Gus Fuad bin KH Abdurrochim Yahya dan Gus Muhammad bin KH Abdurrahman Yahya.
“Siapapun yang bersandar kepada Nabi Muhammad SAW pasti beruntung” lanjut Habib Abdul Qadir. Lantas beliau mengutip maqalah Imam Hasan al-Bashri bahwa seandainya seseorang yang selama hidup beribadah shalat, puasa, bersedekah, dan beramal saleh namun di dalam hatinya tidak ada rasa cinta terhadap Nabi Muhammad SAW, maka semua amalnya adalah sia-sia. Begitu sebaliknya. Seseorang yang biasa-biasa saja dalam beramal tapi memiliki mahabbah kepada Nabi Muhammad SAW, inilah orang-orang yang diberikan keberuntungan luar biasa.
Habib Abdul Qadir menyatakan bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW merupakan sebuah momentum yang mengandung manfaat luar biasa. “Apabila kita merayakan kelahiran seseorang selain Kanjeng Nabi, maka kemanfaatannya untuk orang itu. Tapi kalau kita merayakan kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW, keuntungan dan manfaatnya adalah untuk kita”
Salah satu wujud mahabbah kepada Nabi Muhammad SAW adalah dengan senantiasa bershalawat kepada beliau. Habib Abdul Qadir kemudian menuqil sepotong dawuh al-Imam al-Muhaddits Prof. Dr. Abuya Sayyid Muhammad bin Ahmad bin Alawi al-Maliki: barang siapa yang pada malam Jumat dan Hari Jumat bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW dengan sighat صلى الله على محمد sebanyak 100 kali, maka Allah SWT akan mengabulkan 70 hajat akhiratnya dan 30 hajat dunianya. Hajat akhirat itu ada banyak, diantaranya adalah selamat dari mizan, selamar dari alam kubur, selamat dari sirath, selamat dari fitnah agama, dan tentu saja hajat masuk surga. Sementara hajat dunia juga banyak seperti ingin punya mobil Alphard atau Mercy, ingin punya rumah delapan belas lantai, ingin kaya, dan segala macam sejenisnya. Itu semua diijabah Allah SWT.
Pada mauidhah hasanah beliau, Habib Abdul Qadir Mauladdawilah juga turut membagi kisah hikmah ihwal fadhilah bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Alkisah Pemerintah Kota Kairo, Mesir berencana membuat film dokumenter yang mengisahkan riwayat hidup seorang sufi wanita Sayyidah Rabiatul Adawiyah. Usai proses seleksi panjang, akhirnya terpilih seorang aktris dengan latar belakang sedikit ‘gelap’ sebab kerap membintangi film-film panas. Guna mendalami karakter yang diperankan, aktris itu menelaah berbagai literasi terkait sosok Sayyidah Rabiatul Adawiyah. Lantas satu persatu kebiasaan Sayyidah Rabiatul Adawiyah semasa hidup ia tirukan agar bisa semakin menjiwai perannya. Diantara kebiasaan-kebiasaan itu adalah membaca 25.000 shalawat saban hari. Pada suatu waktu, aktris itu hendak melakukan shooting film namun sopir yang biasa menjemputnya tak jua kunjung datang. Seraya menunggu, ia memutuskan mewirid shalawat sampai-sampai membuatnya tertidur. Di alam tidurnya, ia didatangi seseorang yang wajahnya bersinar tampan luar biasa. Spontan aktris itu melempar tanya “Siapa engkau?”
“Aku adalah orang yang shalawatnya selalu kau baca. Aku adalah Rasulullah SAW. Wahai Fulanah! Apabila engkau selalu ada hubungan denganku melalui shalawat yang kau baca, maka aku akan menjadi jaminanmu esok di yaumul qiyamah”
Lantas Nabi Muhammad SAW memberikan kerudung pada aktris itu lalu beranjak pergi. Di saat itu, Sang Aktris terperanjat dari tidurnya. Dengan rasa penuh takjub ia bersaksi “Sungguh agung Baginda Nabi Muhammad SAW”
Semenjak mengalami mimpi itu, Sang Aktris yang semula menjalani kehidupan ‘gelap’, membintangi film-film ‘panas’, berubah drastis menjadi seorang muslimah yang paling kagum, yang paling cinta kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.
Tim redaksi website PPMH