Gaung-Gema Lantunan Al-Quran sebagai Bukti Langkah Awal Mewujudkan Generasi Qurani Gading Pesantren

Ahad, 14 Jul 2024, 14:41 WIB
Gaung-Gema Lantunan Al-Quran sebagai Bukti Langkah Awal Mewujudkan Generasi Qurani Gading Pesantren
Ust. Badrus saat menyampaikan materi/Dok. LP3MH

 

gadingpesantren.id – Kamis, 11 Juli 2024 gema lantunan Al-Quran memenuhi ruang demi ruang, sisi demi sisi Masjid Baiturrahman Gading Pesantren. Lantunan tersebut merupakan satu upaya untuk menumbuhkan adat Quraniyah, yang akhir-akhir ini biasa dilantunkan untuk memulai kegiatan rutinan malam Jumat (KMJ) di Pondok Pesantren Miftahu Huda.

Kegiatan Malam Jumat tersebut diisi dengan Seminar bertajuk “Motivasi Belajar dan Mengajar Al-Quran” bersama Ust. Badrus; yang kemudian dilanjut dengan Tashih bacaan Al-Quran. Tashih bacaan tersebut diampu langsung oleh Asatidz Qurana yang sebelumnya telah mengisi mentoring kepada para santri sebanyak 4 pertemuan, sehingga beberapa standarisasi terkait Tashih juga mendapat perhatian pada sajian materi yang disampaikan oleh Ust. Badrus.

Sebelum melangkah pada hal-hal teknis terkait Tashih Bacaan, Ust. Badrus terlebih dulu menyampaikan beberapa poin pentingnya belajar dan mengajar Al-Quran. Pendiri Metode Qurana tersebut menyampaikan, bahwa Allah pasti memudahkan, baik pembelajar maupun pengajar Al-Quran.

“Allah menjamin bagi orang-orang yang belajar Al-Quran (yassarna). Orang yang dekat dengan Quran, semua urusannya akan dimudahkan oleh Allah,” ungkap Pendiri Qurana tersebut.

Selain itu, Ust. Badrus juga menyampaikan, bahwa Allah memberi ganjaran tersendiri bagi pembelajar yang teguh menempuh pembelajaran Al-Quran, “dua ganjaran bagi pembelajar Al-Quran, pertama ganjaran membaca, kedua ganjaran karena susahnya.”

,خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَه

Sembari menyitir hadits Nabi tersebut, Ust. Badrus menyampaikan, “tidak ada kata terlambat untuk belajar dan mengajar Al-Quran.”

Setelah penyampaian materi tersebut usai, kegiatan kemudian diisi dengan Tashih Bacaan bagi para santri. Secara teknis, ada dua tahap ujian yang harus ditempuh, yakni tes bacaan Quran (tartil) dan Ghoroibul Quran serta Fawatihus Suwar.  Kategori kelulusannya sendiri terdapat enam macam, di antaranya adalah Mumtaz, Jayyid Jiddan, Jayyid, Maqbul, Ghosib dan Mardud.

Skema dan Proyeksi Program Qurana di Pondok Pesantren Miftahul Huda

Ust. Hasyim (Qurana) dan santri saat Tashih bacaan Quran/Red. LP3MH

Dengan banyaknya dukungan baik dari dewan Mayayikh maupun Asatidz, secara intens program Qurana ini kemudian diselenggarakan dengan membentuk kelas-kelas khusus bagi santri terpilih dengan mentoring langsung dari Asatidz Qurana. Program tersebut dilangsungkan sebanyak empat kali pertemuan setiap malam Jumat.

Selanjutnya, berdasarkan hasil dari Halaqah Tahsin Kamis, 11 Juli 2024 kemarin, beberapa santri yang mendapat nilai Maqbul, Jayyid, Jayyid Jiddan, dan Mumtaz akan memeroleh penggemblengan sekaligus sertifikasi terkait pembenahan bacaan Al-Quran dan metode pengajaran Qurana. Hal ini tentu setelah berbagai rangkaian kegiatan telah ditempuh, mulai dari pembekalan sampai pada puncaknya yakni, Halaqah Tahsin kemarin, sebagaimana yang memang ditujukan untuk pembentukan tim mentoring Quran di setiap komplek. Di sisi lain, dilangsungkannya kegiatan Tahsin ini selain untuk menumbuhkan adat Qurani  juga untuk memperbaiki kualitas bacaan santri.

Sejauh ini program Quran juga sudah terjadwal untuk setiap komplek dan terselenggara setiap hari di Maqbarah sebagaimana disebut Muraqabah, yakni membaca Al-Quran secara tartil seperempat juz yang dipimpin oleh santri yang sudah dipilih. Di sisi lain, setiap pra-acara Kegiatan Malam Jum'at (KMJ) juga sudah mulai dibiasakan dengan Muraqabah.

Kenapa Metode Qurana yang Dipilih?

Para santri saat Muraqabah/Red. LP3MH

Selaku perwakilan dari Sie Kegiatan, Ikhwan mengatakan, bahwa saat melakukan sowan-sowan ke dewan Masyayikh dan Asatidz, pengurus mendapat rekomendasi dari Gus Fauzan untuk memilih Metode Qurana sebagai metode yang menaungi program Al-Quran di Pondok Pesantren Miftahul Huda. Meskipun Qurana merupakan metode baru, namun pendirinya (Ust. Badrus) telah banyak mempelajari berbagai metode selama puluhan tahun, seperti Qiroaty, Ummi, Tilawati dan lain sebagainya. Ustadz Badrus meramu berbagai strategi pembelajaran quran dari berbagai metode yang telah diikuti, hingga terbentuk metode baru ini, Metode Qurana, dengan slogan menariknya, "Cepat, Mudah, dan Menyenangkan"

Upaya Mewujudkan Panyuwunan Para Masyayikh dan Asatidz

Dari kiri: Gus Fauzan, KH. Ahmad Muhammad Arif Yahya, dan Ust. A. Khusairi/ Red. LP3MH

Dilangsungkannya mentoring Metode Qurana ini disamping menumbuhkan adat Qurani, juga untuk memperbaiki kualitas bacaan Al-Quran para santri. Sebagaimana disampaikan oleh Ikhwan, bahwa adanya program ini ditengarai dari panyuwunan Dewan Masyayikh dan Asatidz Pondok Pesantren Miftahul Huda yang sudah lama menginginkan adanya program yang dapat menanungi tumbuhnya adat Qurani, sekaligus bisa memperbaiki kualitas bacaan Quran para santri.

“Mungkin kalau adat cukup dengan adanya muraqabah atau khataman; tapi untuk kualitas, (hal ini) didorong dengan halaqah tahsin (Al-Quran) yang bisa fokus pada bacaan setiap santri. Lagi-lagi memang (adanya program ini) berdasarkan panyuwunan masyayikh dan asatidz--yang sudah sejak lama--kepada kami (pengurus) pada tahun-tahun sebelumnya. Semoga kita senantiasa mendapat ridho dan doa dari beliau-beliau,” ungkap Ikhwan.

Gus Fauzan sendiri turut bahagia atas terwujudnya program Quran di Pondok Pesantren Miftahul Huda; sebagaima yang telah disampaikan pada pembekalan Qurana 30 Mei 2024 lalu. “Saya sangat bahagia, program Quran di Gading ini akhirnya akhirnya bisa terealisasikan dengan dukungan penuh dari semua pihak, yakni dewan Masyayikh, Gawagis, Asatidz, dan Pengurus Pondok.”

Selain itu, motif awalnya sendiri juga berdasarkan sambutan yang disampaikan oleh Ustadz Asrukhin, dan dikuatkan oleh Gus Umarul Faruq pada saat diselenggarakannya Seminar Qurani, 22 Januari 2024 lalu, terkait corak yang cukup tampak antara Pondok Quran dan Pondok Salaf. “Memang fakta yang ada, kalau Pondok Kitab lemah di Quran, kalau Pondok Quran lemah di kitab—tapi sebenarnya bisa diusahakan, dan kita bisa memulainya,” ungkap Ikhwan sembari menyitir dawuh dari Gus Faruq.

Sementara itu, KH. Ahmad Muhammad Arif Yahya sendiri juga sangat mendukung berlangsungnya dan keberlanjutan program Qurana di Pondok Pesantren Miftahul Huda. “Kula menudukung penuh kegiatan Quran niki, supaya nantinya, (baik) santri maupun alumni bisa lebih baik  bacaan Qurannya. Bisa menjadi orang yang mendapat syafaat-nya Al-Quran, sebagaimana yang telah disampaikan Nabi Muhammad SAW.”

 

 

 

 

Tashih  Pentingnya Al-Quran  Muraqabah  Metode Qurana 
Bagikan