Tiga Pesan Romo Kyai Baidlowi Muslich dalam Haul Al-Marhumin ke-52

Selasa, 31 Mei 2022, 18:56 WIB
Tiga Pesan Romo Kyai Baidlowi Muslich dalam Haul Al-Marhumin ke-52
Romo Kyai Baidlowi Muslich

Pada acara Haul Al-Marhumin ke-52 (29/5) Romo Kyai Baidlowi Muslich berkesempatan memberikan sambutan mewakili ahlul bait. Beliau bersyukur bahwa acara Haul kali ini bias terselenggara dengan normal setelah beberapa tahun sebelumnya terkendala oleh situasi pandemi. Dalam sambutan, Romo Kyai Baidlowi berpesan bahwa di dalam islam tidak ada yang lebih mahal dibandingkan dua hal yaitu ilmu dan amal. Selain keduanya sama sekali tidak ada harganya. Oleh karena itu, Apabila kita mendengar hikmah yg disampaikan seorang ulama harus kita catat supaya tidak hilang. Lebih-lebih bisa menyimpannya di dalam hati.  Imam Syafi’I dalam syairnya berwasiat:

العِلْمُ صَيْدٌ وَ الْكِتَابَةُ قَيْدُهُ

قَيِّدْ صُيُوْدَكَ بِالْحِبَالِ الْوَاثِقَةِ

Ilmu bagaikan hewan buruan, dan tulisan/pena adalah ibarat tali pengikatnya. Oleh karena itu ikatlah hewan buruanmu dengan tali yang kuat. Dari syair tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ketika mendengar ilmu atau hikmah hendaknya dicatat agar sewaktu dibutuhkan pada suatu saat tinggal menengok tulisan yang sudah ada.

Romo Kyai Baidlowi juga turut mengajak seluruh hadirin untuk saling memaafkan  selagi dalam momentum hari raya (Bulan Syawal) walaupun sudah akhir. Sebab kesalahan atau dosa sesama manusia tidak bisa diampuni oleh Allah dan akan tetap dihisab kelak ketika Hari Akhir.  Guna melaksanakan hal tersebut, ulama terdahulu telah mengajarkan kegiatan  halal bi halal yang tujuan utamanya adalah saling memaafkan.

Romo Kyai Baidlowi lantas berkisah bahwa sewaktu Rasulullah SAW  menunaikan Haji Wada’ tepatnya ketika berada di Arafah, beliau berdoa  sekaligus memohon agar seluruh dosa umat islam diampuni Allah SWT.  Lalu Allah SWT mengabulkan permintaan Rasulullah namun memberikan pengecualian untuk dosa yang berkaitan dengan  haq adami (dosa kepada sesama manusia). Mendapat jawaban seperti itu, Rasulullah menangis karena khawatir ada umat islam yang masuk neraka. Lantas sewaktu tiba di Muzdalifah Rasulullah SAW mengulangi doa yang sama. Kali ini Allah SWT mengabulkan permintaan beliau tanpa pengecualian. Mendengar jawaban yang demikian, Rasulullah lantas tertawa. Di saat itu, Sayyidina Umar yang menyaksikan Rasulullah menangis lalu berubah seketika dan tertawa menjadi bertanya-tanya. Kemudian Rasullulah bercerita bahwa saat berdoa memohon ampunan Allah atas semua dosa umat islam, Allah mengabulkan namun memberikan pengecualian untuk dosa yang berkaitan dengan haq adami sehingga beliau menangis. Namun Allah mengabulkan seluruh permohonan saat Rasulullah berdoa untuk kali kedua. Pada saat itulah Rasulullah melihat iblis jungkir balik sambil melumuri kepalanya dengan pasir sehingga membuat Rasulullah tertawa.

Selain Halal Bi Halal, ulama terdahulu juga mengajarkan acara haul yang berpedoman pada sunnah Nabi. Setiap tahun Nabi mendatangi pesarean sahabat mujahidin yang gugur di Perang Uhud dan berucap:

عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى ٱلدَّارِسَلَٰمٌ

Salāmun 'alaikum bimā ṣabartum fa ni'ma 'uqbad-dār (Q.S Ar-Ra’d ayat 24)
 

Jika kita mengikuti Sunnah Nabi dan perilaku sahabat maka kita secara otomatis juga mengikuti orang-orang terdahulu sehingga disebut Ahlussunnah Wal Jamaah. Romo Kyai Baidlowi lantas berpesan “jangan khawatir kalau sudah masuk Ahlussunah Wal Jamaah karena sudah mendapat rida  Allah SWT dan disiapkan surga”. Sebagaimana termaktub dalam Q.S At-Taubah ayat 100:
 

وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلْأَوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَٰنٍ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى تَحْتَهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ

Was-sābiqụnal-awwalụna minal-muhājirīna wal-anṣāri wallażīnattaba'ụhum bi`iḥsānir raḍiyallāhu 'an-hum wa raḍụ 'an-hu wa a'adda lahum jannātin tajrī taḥtahal-an-hāru khālidīna fīhā abadā, żālikal-fauzul-'aẓīm
 

Pada akhir sambutan, Romo Kyai Baidlowi turut mengenang dawuh Romo Kyai Yahya “Seringkali Romo Kyai (Romo Kyai Yahya) mengatakan bahwa Pondok Miftahul Huda ini adalah pondok salafiyah”. Artinya mengikuti segala hal yang dilakukan oleh ulama Salafussaleh. Kitab-kitab yang dibaca pun merupakan kitab-kitab yang dikarang (disusun) ulama Salafussaleh”. Teriring doa semoga Pondok Pesantren Miftahul Huda tetap berjalan dengan baik ila yaumil qiyamah dan diteruskan oleh generasi-generasi mendatang. Amin.


 

Santri Pesantren Gading Malang  Pondok Gading  KH. Baidlowi Muslich  Kegiatan Pondok  Haul Pondok Gading  Haul KH. Abdurrahman Yahya 
Tim Redaksi

Tim redaksi website PPMH

Bagikan