gadingpesantren.id – Jamiyyah Raden Abdul Fatah (Komplek J) selenggarakan Puncak Milad yang ke-5 di Jerambah Komplek Jamiyyah Raden Abdul Fatah pada Ahad (14/7). Adapun tema pada Milad ke-5 Jamiyyah Raden Abdul Fatah yakni “Menumbuhkan I’tikad Ngaji, Melestarikan Budaya Nyantri, Menggapai Ridho Murobbi”.
Puncak Milad ke-5 Jamiyyah Raden Abdul Fatah ini dihadiri oleh perwakilan Keluarga Ndalem, Pengurus Pondok Pesantren Miftahul Huda, Para Ketua Komplek, serta seluruh alumni dan warga komplek Jamiyyah Raden Abdul Fatah. Bapak Munir Roja’i, Ketua Komplek Jamiyyah Raden Abdul Fatah, dalam sambutannya menyatakan rasa syukur, harapan, dan do’a atas digelarnya Milad ke-5 Jamiyyah Raden Abdul Fatah.
“Komplek J niki, komplek ingkang tasek alit. Keranten niku mugi-mugi dengan adanya Milad ke-5 niki , saget dados pemicu semangat kagem lare-lare sedoyo,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Agus M. Sulthon Hanafi, perwakilan Keluarga Ndalem, berharap agar Jamiyyah Raden Abdul Fatah (Komplek J) tidak patah-patah dan dapat meningkatkan itikad ngaji sebaik-baiknya.
“Milad ini bukan hanya sekedar makan-makan, tetapi mari kita intropeksi diri sendiri. Kami mewakili Keluarga Ndalem tentu sangat senang sekali dengan kreativitas ide-ide baru, termasuk kegiatan Milad ke-5 ini. Silahkan membuat bid’ah-bid’ah yang banyak, tapi dengan catatan bid’ah yang hasanah. Mudah-mudahan dengan adanya kegiatan ini dapat menjadikan Jamiyyah Raden Abdul Fatah tidah patah-patah, dan dapat meningkatkan I’tikad ngaji yang baik kedepannya,” pungkasnya.
Milad ke-5 Jamiyyah Raden Abdul Fatah ini menjadi momen refleksi dan intropeksi diri atas keikhlasan dan keistiqomahan santri dalam tholabul ilmi. Sebagaimana dawuh para kyai di Gading, untuk selalu menekankan pentingnya ngaji, mencari ilmu, dan menyebarkannya kepada Masyarakat sampai kelak hari.
Mauidhoh Hasanah yang disampaikan oleh Ust. Dr. H. M. Qusyairi, M.Pd berlangsung khidmad dan khusyu’. Beliau menyampaikan bahwa santri harus menguatkan I’tikad ngaji, dengan iringan do’a dan ridho orang tua.
“I’tikad ngaji adalah menyakinkan orang tua, bahwa di Gading itu memang ngaji. Salah satu keberhasilan alumni-alumni dulu, salah satunya adalah mendapatkan restu dari para kyai. Dan kita semua tahu, restu kyai itu tentu karena santri yang bersangkutan sungguh-sungguh menempatkan dirinya sebagi santri. Mondok menjadi tujuan utama, lalu kemudian sekolah atau kuliah. Dengan I’tikad dan niat tersebutlah, semuanya akan beres,” terangnya. Kegiatan ini diakhiri dengan pembacaan do’a yang dipimpin oleh Agus Umarul Faruq, dan ditutup dengan sesi foto bersama.
Penulis adalah santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading Malang sekaligus mahasiswa Jurusan Sastra Arab di Universitas Negeri Malang.