Milad Jam’iyyah Sunan Giri Berjalan dengan Khidmat dan Meriah

Kamis, 03 Feb 2022, 14:48 WIB
Milad Jam’iyyah Sunan Giri Berjalan dengan Khidmat dan Meriah
Milad Komplek Sunan Giri

Jam’iyyah Sunan Giri Pondok Pesantren Miftahul Huda (PPMH) mengawali tahun  2022 dengan mengadakan kegiatan besar bertajuk “Peringatan Milad Jam’iyyah Sunan Giri” pada tanggal 30 Januari. Acara yang juga bertepatan dengan tanggal 27 Jumadil Akhir 1443 H ini memang tergolong unik di kalangan santri PPMH karena tidak semua jam’iyyah yang ada merayakan milad komplek setiap tahunnya. Pun bagi warga jam’iyyah Sunan Giri,  kegiatan milad komplek juga tergolong baru. Hal itu dikonfirmasi oleh wakil ketua komplek Sunan Giri, Abdan Syakuro. “Selama saya nyantri di Pondok Gading, seingat saya jam’iyyah Sunan Giri belum pernah merayakan milad seperti ini. Yang sering itu perayaan maulid nabi Muhammad Saw.,” terang Abdan.

Tanpa mengurangi sedikitpun rasa cinta kepada nabi Muhammad Saw, Abdan menjelaskan bahwa kegiatan ini juga sebagai bentuk mahabbah kepada Kanjeng Rasul. “Dalam rangkaian kegiatannya, kita juga melakukan pembacaan selawat bersama-sama. Kegiatan rutinan yang setiap minggu dibaca oleh warga jam’iyyah Sunan Giri. Selain itu, kita tahu bahwa Kanjeng Rasul juga merayakan hari lahir beliau dengan berpuasa pada hari senin. Oleh karenanya, milad komplek ini juga sebagai bentuk ittiba’,” ujar pemuda alumnus FISIP Universitas Brawijaya tersebut.

Milad jam’iyyah Sunan Giri terdiri dari dua rangkaian kegiatan yang meliputi, kegiatan pra acara dan malam puncak perayaan milad. Kegiatan pra acara terdiri dari khataman al-Qur’an, pembacaan 1000 selawat Thibbil qulub dan tahlilan. Pra acara ini dibuka pada hari rabu malam kamis, 26 Januari 2022, setelah kegiatan rutinan selawat komplek. Kegiatan pra acara diikuti oleh internal warga jam’iyyah Sunan Giri dan beberapa alumni. Sebelum malam puncak tiba, pada 30 Januari setelah jama’ah salat asar, diadakan penutupan khataman al-Qur’an, pembacaan selawat Thibbil Qulub dan tahlinan di maqbaroh keluarga Ndalem PPMH. Para santri komplek Sunan Giri melaksanakan kegiatan ini dengan khidmat. Pemimpin tahlil, Ahmad Depri Kurniawan, pun merasa sangat lega setelah kegiatan pra acara selesai.  “Alhamdulillah, saya senang kegiatan pembuka milad jam’iyyah Sunan Giri ini bisa berjalan lancar dan khidmat. Selain untuk mengirimkan doa kepada para masyayikh, orang tua dan alumni komplek, khataman dan tahlilan ini sebagai bentuk merawat tradisi pesantren yang sudah mengakar di masyarakat. Kita para santri, ketika sudah lulus nanti, akan memiliki tanggung jawab moral untuk membina masyarakat. Yang paling dasar, minimal santri harus tahu bacaan tahlil dan cara memimpin tahlilan. Nah, momen ini sangat pas bagi kita untuk belajar,” ujar fresh graduate jurusan pendidikan HKN Universitas Negeri Malang ini.   

Malam harinya, setelah ngaji diniyyah, rangkaian kegiatan puncak perayaan milad dilaksanakan di serambi masjid Baiturrahman PPMH. Acara dimulai sekitar pukul 21.00 WIB dengan iring-iringan selawat diba’ yang dibawakan oleh tim banjari komplek Sunan Giri. Pada acara puncak ini, para masyayikh, pengurus harian, dan perwakilan dari setiap komplek turut hadir. “Alhamdulillah, kami sangat bersyukur karena para masyayikh berkenan hadir di tengah-tengah kita. Al-Mukarrom KH. Ahmad Arif Yahya, Gus Fuad Abdurrachim Yahya, Gus Muhammad bin Abdurrahman Yahya dan Gus Muhammad Dalhar bisa rawuh semua. Alhamdulillah,” ujar Robith Saifun Nawar selaku ketua pelaksana milad.

Romo KH. Ahmad Arif Yahya juga sempat memberikan sambutan dan petuah sebagai pembuka kegiatan malam puncak milad ini. Dalam penjelasan beliau, kegiatan milad atau perayaan ulang tahun semacam ini boleh dilakukan. Beliau juga menceritakan sejarah singkat dan karomah dari Sunan Giri ketika berdakwah di tanah Jawa. Alkisah, pada suatu waktu, Sunan Giri sedang asyik mengarang kitab. Kemudian, tiba-tiba ada musuh yang mencoba menyerang kampung beliau. Mengetahui hal tersebut, pena yang dibuat menulis kitab dilemparkan oleh Sunan Giri dan berubah menjadi senjata. “Kun Fayakun. Seketika itu, penanya Sunan Giri berubah jadi senjata dan satu per satu membunuh beberapa musuh. Sisa dari pasukan musuh yang melihat itu ketakutan dan memilih untuk mundur,” Terang Romo KH. Ahmad Arif Yahya sembari tersenyum. Kisah ini memberi kita pelajaran bahwa ulama bukanlah sembarang manusia. Mereka merupakan orang pilihan sekaligus menjadi penerus perjuangan para nabi.

Pada akhir sambutan, Romo KH. Ahmad Arif Yahya memimpin para santri untuk membaca selawat Ibadallah dan berdoa bersama. Para santri mengamini dengan penuh khidmah dan khusyu’. Setelah Romo Kyai pulang ke Ndalem, kegiatan berlanjut ke acara inti, yaitu mauidhotul Hasanah yang disampaikan oleh Gus Muhammad Dalhar. Beliau merupakan alumus komplek C yang juga keluarga Ndalem PPMH. Beliau berkisah cukup panjang tentang masa ketika masih mondok dulu. Di akhir ceramah, beliau juga berpesan kepada para santri, khususnya warga jam’iyyah Sunan Giri untuk terus takdhim dan mentaati peraturan pondok. Setelah rangkaian kegiatan malam puncak selesai, pada penghujung acara, Gus Fuad Abdurrochim Yahya memimpin doa yang diamini dengan khusyu’ oleh para santri. Acarapun dituntaskan dengan ramah tamah para masyayikh dan tamu undangan beserta para santri PPMH.

Sebagai penutup artikel singkat ini, ada fakta menarik dari kegiatan milad jam’iyyah Sunan Giri yang ingin penulis sampaikan. Bila diperhatikan, panitia milad tidak pernah menyebut berapa usia komplek Sunan Giri saat ini.  Hal itu dikarenakan, baik para santri ataupun sesepuh pondok dan komplek tidak mengetahui secara pasti mulai kapan komplek C berdiri. Pemilihan tanggal kegiatan milad pada tahun ini pun tidak menjadi patokan pasti. “Intinya, kami meniatkan kegiatan ini sebagai perayaan milad komplek Sunan Giri. Kami memang tidak mengetahui pasti kapan tanggalnya, tapi itu bukan masalah. Kegiatan ini tidak hanya perkara simbolis saja, yang lebih penting lagi adalah esensi perayaan dan rasa syukurnya,” ujar Ahmad Husni Burhanudin, Ketua Komplek Sunan Giri.


Bagikan