Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Nama saya Bachtiar. Saya ingin bertanya perihal tahlilan. Acara tahlilan merupakan adat yang sudah melekat erat di masyarakat terutama kalangan pesantren. Biasanya dilakukan rutin setiap malam jum’at, namun pada hari‐hari tertentu tak jarang pula tahlilan diadakan untuk mengirim do’a dengan diawali tawasul (kirim barokah al Fatihah) kepada keluarga sohibul hajah yang telah meninggal. Nama keluarganya ditulis dan disetorkan pada pak Kiai. Suatu saat, ada Kiai kampung bernama Pak Mad*** yang biasanya menjadi imam tahlil di daerahnya. Namun, tanpa sepengetahuan orang lain, saat tawasul ia menambahkan nama‐nama keluarganya sendiri yang telah meninggal dengan suara lirih. “Mumpung ono ambeng karo jamaah akeh, tak elokne pisan” mungkin begitu maksudnya di hati. Apakah dapat dibenarkan tindakan Pak Mad*** yang diam‐diam menambahkan nama keluarganya seperti dalam deskripsi, dan berdoa untuk hajatnya sendiri ?
Wa’alaikumsalaam Wr.Wb.
Terimakasih Mas Bachtiar atas pertanyaannya. Tindakan yang dilakukan oleh Pak Mad*** itu tidak dapat dibenarkan dan tidak perbolehkan karena Pak Madhan dianggap telah menyalahi amanah yang dibebankan kepadanya (I’anatuttholibin Juz 3 hal. 220‐222).