Sudah selayaknya kaum santri bangga dengan ulama, kiai dan guru-gurunya. Pasalnya, ada beberapa tokoh ulama yang berasal dari pesantren yang memiliki kualitas luar biasa, bahkan bertaraf internasional. Mereka semua mempunyai pengaruh sangat besar terhadap agama Islam, baik di Indonesia maupun di Arab, Mesir dan negara-negara di Timur Tengah.
Mereka disebut Ulama Indonesia Bertaraf Dunia yang Berasal dari Pesantren karena dua alasan. Pertama, ada beberapa ulama yang bertempat tinggal sekaligus mengajar dan wafat di Makkah al-Mukarromah, bahkan ada yang menjadi rektor di salah satu madrasah yang berada di Makkah al-Mukarromah. Kedua, ada beberapa ulama yang menulis buku berbahasa Arab dan sebagian karyanya diterbitkan oleh penerbit-penerbit di Timur Tengah, bahkan menjadi “buku bacaan wajib” bagi para mahasiswa Universitas al-Azhar Kairo Mesir.
Mereka dilahirkan dikalangan pesantren di Indonesia, meskipun ada yang lahir di Makkah, akan tetapi beliau memiliki hubungan yang sangat erat dengan kiai pengasuh pondok pesantren di Indonesia.
Adapun Ulama Indonesia Bertaraf Dunia yang Berasal dari Pesantren, di antaranya:
Syekh Nawawi al-Bantani (w. 1314 H./1897 M.) adalah ulama yang berasal dari indonesia, lebih tepatnya di daerah Banten. Beliau bertempat tinggal sekaligus mengajar dan wafat di Makkah al-Mukarromah. Selain itu, beliau juga penulis kitab kuning (kitab salaf) yang sangat terkenal. hal ini tidak lain karena karya-karyanya sering dipelajari oleh para santri sampai saat ini.
2. Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi
Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi (w. 1334 H./1916 M.) adalah ulama yang berasal dari Indonesia, lebih tepatnya di derah Minangkabau. Beliau merupakan salah satu ulama besar yang mendapat kehormatan mengajar di Masjidil Haram. Banyak tokoh di Indonesia baik dari kalangan muslis tradisionalis dan modernis yang menjadi muridnya, seperti KH. Hasyim Asy’ari (Pendiri Nahdlatul Ulama) dan KH. Ahamad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah).
Syekh Mahfudz at-Tarmasi (w. 1338 H./1920 M.) adalah ulama yang berasal dari Indonesia, lebih tepatnya di sebuah kampung bernama Tremas di wilayah Pacitan Jawa Timur. Beliau merupakan ulama yang sangat alim. Kealimannya telah diakui di dunia internasional. Berkat kealimannya, beliau diperbolehkan mengajar di Masjidil Haram. Beliau juga ulama yang sangat produktif. Beberapa karyanya banyak dipelajari di pesantren di Indonesia, seperti kitab Minhaj al-Dzawi al-Nazhar.
Syekh Ihsan al-Jampasi (w. 1371 H./1952 M.) adalah ulama yang menetap di Indonesia. lebih tepatnya di daerah Jampes wilayah Kediri Jawa Timur. Beliau tidak bermukim di Makkah al-Mukarromah, tapi hanya di Jampes. Meskipun begitu, beliau adalah ulama yang sangat produktif, dan sebagian karyanya diterbitkan oleh penerbit-penerbit di Timur Tengah. Di antara karyanya yang terkenal adalah kitab “Siraj al-Thaalibiin”, kitab ini merupakan kitab yang menjadi “bacaan wajib” bagi para mahasiswa Universitas al-Azhar Kairo Mesir yang ingin mendalami pemikiran-pemikiran tasawuf Imam al-Ghazali.
Syekh Yasin al-Fadani (w. 1410 H./1990 M.), beliau sebenarnya lahir di Makkah. Beliau adalah ulama besar di tanah suci yang berasal dari Indonesia. Nisbah al-Fadani menunjukkan bahwa nenek moyangnya berasal dari Padang, Sumatra Barat, Indonesia. Banyak ulama Indonesia ketika menunaikan haji atau umroh, mereka menyempatkan sowan ke Syekh Syekh Yasin al-Fadani, guna belajar dan mendapatkan sanad keilmuan dari beliau. Maka tidak heran, jika para kiai pengasuh pondok pesantren di Indonesia mempunyai sanad kitab-kitab yang berasal dari Syekh Yasin al-Fadani, kemudian dari gurunya, dari gurunya hingga ke penulisnya.
Kita berharap, semoga para santri di pondok pesantren khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya dapat meneladani mereka semua. Kita harus memiliki wawasan yang bersifat global, dan tidak lupa harus bermanfaat terhadap masyarakat sekitar.
Penulis adalah santri aktif di Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading Malang sekaligus mahasiswa jurusan Bahasa & Sastra Arab di UIN Maliki Malang.